Pasar Usaha Pendidikan Terbentang Luas – Sebagai industri, dunia pendidikan menawarkan celah bisnis yang terbentang dengan begitu luas. Lihat saja, pada saat ini, kita dapat melihat banyak sekolah formal dari berbagai jenjang pendidikan yang dikibarkan oleh beragam bendera usaha. Sebut saja lembaga pendidikan untuk anak balita, taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA) sampai perguruan tinggi.

Sudah banyak juga contoh sukses perorangan atau yayasan dalam menggarap bisnis pendidikan. Di antaranya Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar, Yayasan Pelita Harapan, atau jaringan sekolah Stella Maris yang tengah tumbuh pada saat ini. Mereka bergerak pada bidang pendidikan formal berjenjang hingga universitas, kecuali Stella Maris. http://162.214.145.87/

Bahkan, tidak hanya jalur pendidikan formal yang dapat dimasuki para pelaku usaha. Anda dapat menjalankan peran sebagai penyedia layanan pendidikan nonformal, seperti bimbingan belajar atau kursus. s128 Bisnis di pendidikan nonformal ini begitu beragam, mulai dari bimbingan belajar umum, kursus bahasa, hingga sampai kursus matematika.

Bila percaya diri dan juga mempunyai modal yang cukup, Erwin Halim yang adalah pengamat waralaba dari Proverb Consulting, bilang, Anda dapat menggelar sendiri sekolah, bimbingan belajar, atau kursus. Akan tetapi, selain modal yang tebal, Anda juga harus rela berjibaku mencari lahan sekolah atau tempat kursus, tenaga pengajar, peralatan dan perlengkapan sekolah, serta sistem operasional sekolah. “Belum lagi urusan izin operasional sekolah dari Kementerian Pendidikan dan akreditasi. Ini tak mudah,” tandasnya.

Pasar Usaha Pendidikan Terbentang Luas

Erwin menilai, tidak semua orang dapat mengelola bisnis pendidikan hingga terbilang sukses. Pemilik atau investor yang ingin menjalankan bisnis tersebut harus mempunyai hasrat kuat serta kecintaan terhadap dunia pendidikan.

Jika tidak mempunyai dua hal tersebut, percayalah, Anda akan kesulitan melalui berbagai rintangan bisnis yang kelak menghadang. “Hasrat dan kecintaan kepada dunia pendidikan merupakan modal utama di bisnis ini,” tegas Erwin.

Banyak pilihan

Toh, bukan berarti Anda tidak bisa mencicipi pahit-manisnya bisnis pendidikan. Anda dapat saja melirik tawaran waralaba atau kemitraan pendidikan formal maupun nonformal yang jumlahnya cukup banyak.

Erwin mengatakan, jumlah tawaran waralaba pendidikan merupakan yang terbanyak kedua setelah tawaran waralaba makanan dan minuman. Mulai dari bimbel atau kursus, sampai perguruan tinggi, saat ini sudah banyak yang menawarkan peluang waralaba.

Akan tetapi, Anda harus dengan cermat untuk memilih calon mitra atau pewaralaba yang berpengalaman, kompeten, dan memiliki rekam jejak jelas selama bergerak di industri pendidikan. Bila salah pilih mitra, bukan tak mungkin, uang investasi melayang begitu saja tanpa sempat berkembang. Sebaliknya, Anda jangan berkecil hati bila lamaran waralaba ditolak pewaralaba. “Pewaralaba juga selektif dalam memilih partner, tidak hanya melihat kemampuan finansial saja,” kata Agus Hardiman, pendiri Sekolah MusikTek.

Agus ialah seorang pendiri tempat kursus musik digital yang telah beroperasi sejak tahun 2000. Selama 12 tahun ini, daftar s128 Agus melihat bahwa minat siswa yang ingin mempelajari teknik musik digital, terutama rekaman musik, tak pernah surut.

Sebagai gambaran, salah satu waralaba Sekolah MusikTek yang ada di Denpasar, Bali, telah memiliki 500 murid pada tahun 2012. Angka ini meningkat sekitar 200 siswa dari tahun sebelumnya yang 300 siswa. Bahkan, kata Agus, Sekolah MusikTek yang ada di Pondok Indah, Jakarta, telah meluluskan lebih dari 2.000 murid. “Saya optimistis musik digital ini akan semakin tinggi peminatnya,” katanya.

Tak semua pecinta musik mampu bermusik. Inilah alasan di balik rasa optimisme Agus. Pasalnya, para pecinta musik tersebut semakin banyak yang bergerak sebagai sound engineer hingga menjadi pemilik atau operator studio rekaman.

Hal ini adalah yang melatar belakangi Agus untuk membenahi kembali sebuah sistem operasional bisnis mengarah ke one stop solution bagi pecinta musik, sekaligus menyusun modul bisnis waralaba Sekolah MusikTek. “Saya ingin mematahkan citra bahwa musik digital itu mahal,” ujar dia.

Selama ini, kalangan awam menganggap musik digital terkesan mahal untuk dijalani, baik sebagai hobi maupun profesi. Padahal, musik digital dapat dilakukan dengan peralatan yang sederhana, cukup komputer dan peranti lunak beserta perangkat rekaman dan pengetahuan musik digital.

Alhasil, Sekolah MusikTek sangat terbuka untuk semua kalangan, baik musisi maupun nonmusisi, tanpa batasan usia. “Ini menandakan potensi pasar yang besar dalam industri musik digital,” imbuh Agus.

Pada saat ini, Sekolah MusikTek memang baru mempunyai satu terwaralaba di Bali. Akan tetapi, bukan berarti waralaba Sekolah MusikTek sepi peminat. Sebaliknya Agus cenderung selektif dalam memilih mitra. Dalihnya, dia tidak ingin kualitas Sekolah MusikTek merosot karena ulah terwaralaba yang kurang matang dalam berkomitmen. “Saya mepunyai pengalaman buruk dengan mitra yang kurang tinggi hasrat musiknya sehingga usia usahanya singkat.

Waralaba Sekolah MusikTek juga terdiri dari beberapa paket. Paket kelas ditawarkan antara Rp 300 juta sampai dengan Rp 400 juta. Rentang harga tersebut berdasarkan pilihan alat musik digital yang dipilih terwaralaba. Paket investasi ini belum termasuk dalam sewa gedung dan biaya tenaga kerja. Paket kelas telah termasuk audio, alat mixing, recording, composing, mastering, serta microphone untuk satu studio rekaman, serta perangkat komputer dan keyboard yang digunakan tiap siswa. “Harga ini sudah termasuk instalasi,” kata Agus.

Pasar Usaha Pendidikan Terbentang Luas 1

Dengan asumsi biaya kursus sebesar Rp 3,5 juta per dua bulan, dan juga dengan kapasitas 12 murid, potensi omzet setahun yang bisa diraup terwaralaba Sekolah MusikTek sekitar Rp 252 juta. “Tapi ini baru omzet, belum dipotong beban. Jadi estimasi BEP (balik modal) antara dua tahun sampai tiga tahun,” papar Agus.

Selain musik, kursus lukis adalah salah satu jalur pendidikan nonformal yang banyak diminati. Banyak orangtua yang memberikan aktivitas yang  ekstra berupa melukis kepada anaknya. Ini diakomodasi oleh Oscar Sumarli, pendiri Ohayo Drawing School. Sejak pada tahun 2005, dia memulai bisnis sekolah melukis tersebut di daerah Gunung Sahari, Jakarta.

Setelah tujuh tahun berjalan, Ohayo Drawing School sudah mengoperasikan lima kantor cabang, yaitu di kawasan Gajah Mada, Cideng, Kebon Jeruk, Mangga Dua, serta Cikupa (Tangerang). “Mayoritas cabang baru berasal dari bisnis waralaba karena untuk ekspansi butuh menggandeng investor,” ujar Oscar.

Bisnis pendidikan ini cukup menggiurkan bagi investor. Sebab, Oscar berkata, pertumbuhan bisnis di tiap cabang Ohayo Drawing School mencapai 10% per tahun. Ohayo Drawing School mengenakan biaya waralaba sebesar Rp 25 juta selamanya, dengan potongan fee waralaba 15% dari uang sekolah per bulan.

Dari paket ini, pengusaha sudah bisa mendapatkan peralatan belajar mengajar, seperti peralatan melukis, bangku dan meja, serta pernak-pernik ruang kelas. Dengan asumsi biaya uang sekolah sebesar Rp 250.000 per bulan dan asumsi siswa aktif sebanyak 30 sampai dengan 40 siswa, target balik modal bisa diraih dalam waktu 6 bulan sampai 12 bulan.